Globalbanten.com | Dalam menghadapi bulan Ramadhan yang semakin dekat, harga beras terus mengalami kenaikan yang signifikan, menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang beras dan konsumen. Abdullah Mansuri, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), menyatakan bahwa pedagang beras mengalami kesulitan dalam mencari pasokan beras karena petani belum memasuki masa panen, sehingga stok di penggilingan juga minim.
“Ada potensi besar bahwa kita akan mengalami masalah beras yang signifikan pada bulan Ramadhan ini. Pasokan beras sangat terbatas karena belum masuk musim panen, dan hal ini dapat menyebabkan kenaikan harga yang cukup drastis,” ujar Abdullah Mansuri.
Menurutnya, harga beras medium di pasar saat ini mencapai kisaran Rp 13.000-14.000/kg, sementara harga beras premium bahkan mencapai Rp 18.000/kg. Hal ini merupakan rekor tertinggi dalam sejarah harga beras di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya biaya produksi, terutama pupuk, akibat dari perang di Rusia dan Ukraina.
Untuk mengatasi kenaikan harga beras, masyarakat disarankan untuk membeli beras dengan harga eceran tertinggi (HET) dari Bulog Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), yang dijual dengan harga Rp 10.900/kg atau Rp 54.500 untuk kemasan 5 kg. Selain itu, beras premium merek lain juga sudah mulai tersedia di ritel dengan harga Rp 13.900/kg.
Dalam menghadapi kondisi global yang tidak menentu, langkah-langkah seperti ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk tetap mendapatkan beras dengan harga yang terjangkau, terutama menjelang bulan Ramadhan.